Krisis Pendidikan Karakter di Indonesia

Barsela24news.com

Barsela24news | Krisis pendidikan karakter di Indonesia makin mengkhawatirkan. Sekadar contoh, dalam kasus paling mutakhir, seorang kepala sekolah dilaporkan ke Polisi. Sebabnya sebetulnya sepele. Hanya karena menegur dan menampar siswa yang merokok di sekolah. Ironisnya, ratusan siswa justru berpihak kepada temannya yang melakukan pelanggaran. Mereka mogok massal dan menuntut pemecatan kepala sekolahnya. Di sisi lain, seorang mahasiswa Universitas Udayana bunuh diri diduga akibat alami perundungan. Tragisnya, setelah meninggal, ia pun tetap di-bully di grup WhatsApp kampusnya. Ini hanyalah secuil kasus moral di dunia pendidikan.

Sementara itu, tayangan Trans7 secara tendensius menggambarkan adab santri yang menghormati gurunya sebagai budaya feodal dan tak pantas. Padahal penghormatan murid kepada guru adalah adab agung.

Pendidikan sejati bukan sekadar transfer ilmu, tetapi terutama pembentukan karakter dan akhlak.

Krisis Pendidikan karakter ini sesungguhnya berakar pada sistem pendidikan sekuler. Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan ini telah menghapus orientasi spiritual dan moral dari dunia pendidikan. Akibatnya, anak didik kehilangan arah dan makna hidup. Tujuan pendidikan berubah menjadi sekadar demi bekal mencari pekerjaan, bukan membentuk kepribadian mulia.

Para guru pun banyak yang ikut terseret arus krisis moral. Tidak sedikit kasus kekerasan, pelecehan dan korupsi di dunia pendidikan melibatkan pendidik itu sendiri. Intinya, masih banyak guru yang belum bisa menjadi teladan bagi murid-muridnya.

Tujuan pendidikan bukan sekadar mencetak manusia cerdas, tetapi mencetak insan yang berkepribadian, yakni membentuk pola pikir dan pola sikap 

Namun, dalam sistem sekuler, ketika pendidikan memisahkan ilmu dari iman, lahirlah generasi yang boleh jadi pandai, tetapi tidak berakhlak; boleh jadi pintar, tetapi tidak bermoral.

Karena itulah para ulama dulu sangat menekankan pentingnya mendahulukan pembinaan adab/akhlak terlebih dulu sebelum penyampaian ilmu. Di kalangan mereka populer pernyataan “adab sebelum ilmu” 

Karena itu pula, dalam konteks pendidikan, menanamkan akidah pada anak didik sebagai hal pertama dan utama sebagai asas seluruh ilmu, yang akan membentuk perilaku Karakter 

Negara memiliki kewajiban langsung untuk menyelenggarakan pendidikan gratis dan berkualitas bagi seluruh rakyat.

Di antara tanggung jawab pemimpin atas rakyatnya adalah menyelenggarakan pendidikan berkualitas dan gratis untuk mereka. Ini adalah bagian dari kemaslahatan rakyat.  Seluruh kemaslahatan yang diperlukan oleh rakyat harus ditunaikan oleh seorang pemimpin.

Negara pun wajib memastikan pendidikan berjalan dengan tujuan: mencetak generasi beriman, berilmu dan berakhlak mulia.

Namun demikian, dalam sistem kapitalis-demokrasi-sekuler saat ini, pendidikan gratis dan berkualitas sekaligus mampu melahirkan manusia-manusia yang beriman dan bertakwa tampaknya amat sulit diwujudkan. Pendidikan sekuler saat ini—akan tetap bersifat materialistik dan kehilangan ruhnya.

Krisis pendidikan, khususnya pendidikan karakter,  tidak bisa diselesaikan hanya dengan revisi kurikulum atau pelatihan para guru. Krisis pendidikan karakter di Indonesia juga bukan sekadar krisis perilaku individu. Karena itu solusinya juga bukan sekadar menambah jam pelajaran agama. Semua itu hanya tambalan pada sistem sekuler yang rusak sejak akar dan telah gagal membentuk manusia bertakwa.

Solusinya hanya satu: mengembalikan sistem pendidikan di bawah naungan syariah Islam yang diterapkan oleh Negara. Dengan kata lain sistem pendidikan sekuler harus diganti dengan sistem pendidikan Islam. Tentu di bawah sistem  yang berasaskan akidah Islam dan menerapkan pendidikan syariah Islam secara kâffah, sebagaimana era Khilafah dulu. Inilah sistem yang pernah menjadikan umat Islam memimpin dunia selama berabad-abad. 

Dengan demikian hanya dengan penerapan pendidikan syariah Islam oleh institusi Negara, pendidikan akan kembali memancarkan cahaya. Dengan penerapan pendidikan syariah Islam. Negara akan menjadi pelindung ilmu, penjaga adab dan penegak peradaban yang memuliakan manusia. Dari rahimnya akan lahir generasi ulama dan mujahid; generasi pemimpin dunia yang menebarkan rahmat bagi seluruh alam. (*)

Oleh: Ahmad S. AMd
(Pemred/Aktivis/Pemerhati Pendidikan)