Kades Danger Ancam Laporkan Dapur MBG Lendang Nangka 2 ke BGN Akibat Temuan Buah Rusak dan Berulat

Barsela24news.com

Lombok Timur, NTB – Kepala Desa Danger, Kecamatan Masbagik, Lombok Timur, Kaspul Hadi, mengancam akan melaporkan Satuan Pelayan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) Lendang Nangka 2 ke Badan Gizi Nasional (BGN). Ancaman ini dilayangkan menyusul temuan menu buah jeruk yang rusak dan berulat yang disajikan dalam program MBG. Dapur MBG Lendang Nangka 2 berlokasi di Desa Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik, Lombok Timur.
 
Selain buah jeruk, menu yang disajikan dalam program MBG tersebut meliputi roti, susu, telur, dan jagung. Menu-menu ini didistribusikan ke sejumlah titik posyandu di wilayah Desa Danger pada hari Selasa, 4 November 2025, untuk memenuhi kebutuhan gizi selama dua hari.
 
Kaspul Hadi mengungkapkan kekecewaannya saat dikonfirmasi terkait menu yang disajikan untuk posyandu di wilayah Desa Danger. "Seperti inilah bentuk makanan MBG yang didistribusikan ke masyarakat Desa Danger untuk dua hari. Semua ini akan saya laporkan ke tim pengelola MBG," tegasnya.
 
Setelah melakukan pengecekan langsung di sejumlah lokasi posyandu, pihak Pemerintah Desa Danger menemukan bahwa buah jeruk yang seharusnya menjadi bagian dari menu bergizi justru dalam kondisi rusak dan berulat.
 
Kaspul Hadi menekankan bahwa pihak pengelola dapur MBG seharusnya memastikan bahwa menu yang disajikan memenuhi standar gizi dan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan. Dengan temuan ini, ia mempertanyakan apakah dapur MBG tersebut menjalankan SOP dengan baik.
 
"Kita patut mempertanyakan apakah dapur MBG ini dalam menyajikan menunya sesuai dengan standar BGN," tegasnya.
 
Menanggapi temuan tersebut, Diki Wahyu, SPPI Dapur MBG Lendang Nangka II, mengakui adanya buah yang rusak dan berulat yang diterima oleh masyarakat. Ia menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh jumlah buah yang diterima dari pemasok sangat banyak dan pihaknya telah melakukan pemeriksaan.
 
Kendati demikian, Diki Wahyu menegaskan bahwa pihaknya akan terus melakukan perbaikan berdasarkan masukan dari masyarakat. "Kita tetap melakukan pemeriksaan. Mungkin karena buahnya banyak dan mungkin buah yang terhimpit di dalam," katanya.
 
Kasus ini menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Desa Danger, yang berkomitmen untuk memastikan bahwa program MBG dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat, khususnya dalam pemenuhan gizi anak-anak.

Laporan : Bagoes