Pembentukan CONEFO Sebuah Obsesi Soekarno di Tengah Kegalauan Pemimpin Dunia

Barsela24news.com



Jakarta,- Anggota Komisi X DPR RI Bonnie Triyana mengatakan Conference of the Emerging Forces (CONEFO) merupakan lembaga perserikatan bangsa-bangsa bentukan Soekarno yang memiliki spirit untuk meredam neo-kolonialisme dan neo-imperialisme, terutama dari negara- negara Barat. Sekretariat CONEFO dibangun Senayan, yang kini menjadi Kompleks Parlemen.

“Awalnya Kompleks MPR/DPR/DPD RI ditujukan sebagai sekretariat CONEFO. Presiden Soekarno kemudian memilih sebagian kawasan Senayan yang luasnya mencapai 80 hektar sebagai tempat sekretariat CONEFO,” kata Bonnie dalam Dialetika, di Ruang Abdul Muis, Gedung DPR, Jakarta, Kamis (24/7/2025).

Peletakan batu pertama pembangunan dilakukan pada 19 April 1965 atau bertepatan pada momentum peringatan sepuluh tahun penyelenggaraan Konferensi Asia- Afrika. Kompleks CONEFO dirancang dengan mengusung konsep kepribadian bangsa Indonesia, mampu menjawab tantangan zaman, dan megah.

“CONEFO project juga dimaksudkan agar menyejajarkan bangsa kita, bangsa Indonesia yang baru berkembang ini dengan bangsa-bangsa yang sudah mapan untuk sama-sama mengatur ketertiban dunia,” katanya.

Konferensi Asia Afrika merupakan gambaran betapa peran bangsa ini menjadi bangsa yang sangat dihormati dan sangat brilliant dalam menghadapi kegalauan dunia waktu itu. Seluruh bangsa-bangsa besar yang tidak ingin berkepanjangan dengan konflik antar blok segera merapat dalam barisan dan membentuk sebuah gerakan baru yang cukup ditakuti oleh negara Adidaya waktu itu, Gerakan Non Blok.

“Sesuatu yang sudah sangat tegas bahwa bangsa kita adalah sebagai “pelaksana” ketertiban dunia. Maka pada saat itu di mana di belehan dunia lain masih terdapat penjajahan bangsa, bangsa Indonesia mengumpulkan segenap kekuatan untuk menginisiasi kemerdekaan mereka. Bukan saja kemerdekaan bagi 1 bangsa saja, tetapi kemerdekaan bagi kemanuasiaan,” ungkapnya.

Menurutnya, CONEFO adalah sebuah gagasan yang penuh ambisi dan obsesi Soekarno di tengah kegalauan para pemimpin dunia kala itu. Keberanian Indonesia untuk memutuskan keluar dari PBB waktu itu adalah sebuah hal yang sangat mencolok, yang menunjukkan bahwa bangsa kita mempunyai wibawa, tidak sekedar hanya gertak. (*)