Barsela24news.com | Di tengah gempuran informasi digital, profesi wartawan tetap menjadi salah satu pilar utama dalam menjaga transparansi dan demokrasi. Namun, fenomena baru muncul, banyak individu yang memiliki kartu tanda anggota (KTA) wartawan, tetapi minim kontribusi dalam menulis berita. Pertanyaan besar pun muncul: apakah ini hanya fenomena sementara, atau indikasi krisis dalam dunia jurnalistik?
KTA: Formalitas atau Bukti Kompetensi?
Kartu Tanda Anggota (KTA) sering kali dianggap sebagai simbol profesionalisme wartawan. Namun, kini tidak sedikit orang yang memiliki KTA tetapi tidak menjalankan tugas jurnalistik secara optimal. Beberapa hanya menggunakannya untuk akses ke acara tertentu, mencari keuntungan pribadi, atau bahkan untuk sekadar prestise.
Menurut Pimpinan Redaksi Media Barsela24news, Ahmad S, AMd, fenomena ini mencerminkan pergeseran makna profesi wartawan. “Dulu, menjadi wartawan adalah soal misi, bukan sekadar profesi. Kini, KTA lebih sering dijadikan alat, bukan tanggung jawab,” ujarnya.
Minimnya Produksi Berita: Penyebab Utama
Ada beberapa alasan yang dapat menjelaskan fenomena ini:
1. Motivasi Karier yang Bergeser
Banyak orang yang mendaftar sebagai wartawan hanya untuk mendapatkan akses atau keuntungan, bukan karena panggilan hati untuk menginformasikan kebenaran.
2. Kurangnya Pengawasan dan Etika
Regulasi terhadap profesi wartawan masih longgar, sehingga banyak pihak yang tidak benar-benar berkompeten dapat memiliki KTA tanpa proses seleksi yang ketat.
Dampak pada Dunia Jurnalistik
Fenomena ini tentu membawa dampak negatif bagi kredibilitas media. Ketika wartawan lebih banyak sibuk dengan kegiatan di luar tugas jurnalistik, kualitas pemberitaan pun menurun. Selain itu, masyarakat bisa kehilangan kepercayaan terhadap media jika melihat bahwa profesi wartawan tidak lagi dipegang oleh individu yang benar-benar kompeten.
Apa Solusinya?
1. Peningkatan Standar dan Sertifikasi
Organisasi pers perlu memperketat proses penerbitan KTA, memastikan hanya mereka yang benar-benar berkompeten yang bisa memilikinya.
2. Penguatan Etika Jurnalistik
Pelatihan rutin tentang etika jurnalistik harus digalakkan untuk mengingatkan wartawan akan tanggung jawab mereka kepada publik.
3. Penghargaan bagi Wartawan Aktif
Media dan organisasi pers dapat memberikan penghargaan atau insentif bagi wartawan yang terus berkontribusi melalui karya jurnalistik mereka.
Profesi wartawan adalah salah satu profesi paling penting dalam menjaga kesehatan demokrasi. Namun, jika fenomena “KTA tanpa berita” terus berkembang, masa depan jurnalistik bisa berada di ambang krisis. Sudah saatnya kita semua, baik wartawan, media, maupun masyarakat, kembali menegaskan makna sejati dari profesi ini, menjadi penjaga kebenaran di tengah derasnya arus informasi.
Laporan: Redaksi