Ribuan kertas tidak akan cukup, karena mereka bukan sekedar cerita yang bisa ditulis__mereka adalah dua langit yang meneduhkan Musim-musim terburuk dalam hidup ku, dua matahari yang saling menukar cahaya agar aku tidak tumbuh dalam gelap.
Bagaimana mungkin aku menulis tentang Ayah yang diam-diam mematahkan tulangnya sendiri untuk membangunkan rumah dari gaji yang habis sebelum tengah bulan?_ Bagaimana aku bisa menggambarkan Ibu, yang menjahit pagi dengan doa yang tidak pernah Ia tahu masih didengar oleh siapa?
Jika aku menulis tentang mereka, tintanya akan berasal dari darahku sendiri_ sebab hanya dari situ mungkin bisa tercipta bahasa yang cukup sakral untuk menyentuh luka-luka yang mereka sembunyikan di balik senyum dan bahkan itu pun tak akan cukup.
Setiap helai kertas akan sobek oleh tangis yang tak sempat mereka keluarkan. Setiap kata akan retak karena menanggung beban pengorbanan yang terlalu sunyi, terlalu dalam, terlalu tua untuk di jelaskan oleh tata bahasa.
Ibu adalah perempuan yang mengandung bumi di rahimnya. Ayah adalah lelaki yang memikul langit di kedua bahunya. Dan Aku? Aku hanya serpihan kecil dari segala lelah mereka yang dijaga agar menjatuhkan ku.
Keduanya bukan hanya manusia_mereka adalah waktu yang berjalan tanpa pernah minta istirahat adalah jalan panjang yang tidak pernah bertanya kapan akan sampai. Mereka adalah mantra yang membuat dunia tetap hangat walau seluruh pintu ditutup oleh dingin.
Aku ingin menulis tentang keduanya, sungguh. Tapi huruf-huruf ini tak cukup sakti. Tinta ini terlalu dangkal. Dan bahasa sekuat apapun tidak bisa melampaui bahasa tubuh seorang ibu yang menunda lapar agar anaknya bisa tidur dengan kenyang, atau bahasa diam seorang ayah yang memeluk lewat keringat dan kerja, bukan kata-kata.
Jika dunia ini adalah kertas, dan hidupku adalah pena, maka tetap tak akan cukup ruang untuk menyebutkan seluruh kebaikan mereka. Karena kasih orang tua tidak tertulis_ Ia tercetak di kulit, mengalir di darah, tumbuh di ingatan dan abadi di kehilangan.
Jadi maafkan aku, Ayah, Ibu, jika aku hanya bisa menulis ini, dan tidak bisa menganti letih Kalian. Tapi semoga Kalian tahu_bahwa dari seluruh hal yang membuatku ingin bertahan, Kalian tetap alasan paling pertama.
#surgaayahibu