Saatnya Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) Kembali ke "Fitrah"

Barsela24news.com
    L. Mustakim Patawari LM. M.Si,. Ketua        PKKP Undova

Mataram, NTB - Kata Fitrah bagi masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) sudah menjadi bagian yang tak bisa dipisahkan dengan kesehariannya, bukan saja lazim di saat Idul Fitri.

Secara konsep dan filosofi Fitrah bagi KSB dijadikan fondasi dan juga azas dalam pembangunan KSB sejak periode awal kepemimpinan Buya Zul, Bupati pertama hasil pilkada pertama, yang diformulasikan dalam rumusan "Peradaban Fitrah".

Fase 10 tahun pertama membangun KSB  begitu terasa ghiroh [nilai dan semangat] peradaban fitrah begitu terasa dan nuansanya begitu kuat, tidak saja dalam dialog para pengambil kebijakan di forum forum formal  tapi sampai pada percakapan informal hari hari warga.

Masih kuat dalam memori masyarakat tentang prinsip "tebar salam" atau tiga nilai utama: "Assalamualaikum- Warahmatullahi-wabarakatuh"., dan komitmen pemerintah saat itu untuk menjamin terpenuhinya "rasa" aman bagi warganya.

Dalam hal fisik monumental, semangat membangun peradaban fitrah terefleksi dalam disain bangunan kawasan KTC, mulai dari tata letak  bangunan utama kantor Bupati yang simetris dalam satu koordinat utama [arah qiblat] dengan bangunan Masjid Agung, bangunan monumental tugu 'Syukur" ,sampai nama bangunan disematkan nama "Graha Fitrah".

Dari sisi kebijakan, jelas terbaca semangat pelibatan pemangku kepentingan dalam pembangunan daerah secara partisipatif. Kita masih ingat dengan Kebijakan Pembangunan Berbasis RT dan sederetan kebijakan afirmatif yang begitu terasa dampaknya.

Hari ini, setelah KSB berusia 21 tahun mulai terasa sepertinya kita butuh waktu sejenak untuk merenung, sambil mengajukan pertanyaan pada diri kita masing-masing,.."adakah sesuatu yang hilang". Ini pertanyan mendalam dan semoga dengan perenungan yang mendalam, Allah SWT memberi kita ilham- kecerdasan untuk menemukan jawabnya.

Menjelang peringatan HUT ke 22 KSB yang akan kita rayakan bulan November yang akan datang, kita sebagai masyarakat  tentu harus tetap banyak bersyukur atas begitu banyak nikmat yang Allah berikan dengan wasilah adanya KSB, pada saat yang sama kita juga harus tetap memilhara rasa memiliki dan tanggung jawab moral untuk turut serta secara aktif menjaga agar KSB tetap berjalan di atas "Rel Peradaban Fitrah ".

Mencermati dinamika dan problematika sosial kemasyarakatan yang mewarnai perjalan KSB, kita seakan dibuat terheran-heran dengan kecenderungan yang berlawanan dengan semangat membangun peradaban fitrah.

Baru saja para pemerhati KSB yang peduli dengan perjalanan dan kondisi daerahnya berhasil memberikan masukan terhadap upaya revisi perda yang mengatur soal penyakit masyarakat (miras), sekarang dunia media sosial kembali dihebohkan dengan maraknya praktek prostitusi online di KSB, yang oleh sebahagian diperhalus dengan istilah " Bisnis Lendir ". Sungguh realitas yang memprihatinkan dan patut disayangkan bisa marak di daerah yang kita hajatkan menjadi daerah yang berperadaban Fitrah.

Penulis tidak bermaksud mencari siapa yang salah, mencari "kambing hitam", sebaliknya menyadarkan diri sendiri dan mengajak para pihak untuk bersama-sama berpikir, berbuat sesuatu dan bersama sama melakukan hal-hal positif yang sejalan  dengan semangat awal dan prinsip utama kita membangun KSB. (*)

Oleh: L. Mustakim Patawari LM. M.Si,. Ketua PKKP Undova