Rugi Miliaran Rupiah Akibat Listrik Padam 3 Hari, Pengusaha Tambak Udang Aceh Tuntut Tanggung Jawab PLN

Barsela24news.com

 


ACEH BARAT – Pemadaman listrik total (blackout) yang melanda Aceh selama tiga hari berturut-turut pada pekan lalu membawa dampak kerugian yang sangat besar bagi para pengusaha tambak udang Vaname di wilayah tersebut. Salah satu yang terdampak parah adalah Deyan Moer, seorang pengusaha tambak udang di Suak Geudeubang, Samatiga, Aceh Barat, yang diperkirakan mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah.


Kerugian fantastis ini terutama disebabkan oleh matinya pasokan oksigen ke kolam udang, yang bergantung penuh pada listrik untuk mengoperasikan kincir air dan pompa. Meskipun memiliki genset sebagai cadangan, biaya operasionalnya yang membengkak serta kerusakan mesin tak terhindarkan.


Deyan Moer mengungkapkan kekecewaannya mendalam, menyebut kejadian ini sangat merugikan bagi petambak udang di Aceh, khususnya Aceh Barat.


"Penyebab PLN blackout terhadap petambak udang Aceh, khususnya kami Aceh Barat, sangat merugikan petambak untuk saat ini," tegas Deyan Moer dalam keterangannya.


Deyan menjelaskan, dampak langsung dari pemadaman listrik adalah lonjakan drastis pada biaya produksi. Untuk menjaga udang tetap hidup, petambak harus mengandalkan genset, yang memerlukan bahan bakar dalam jumlah besar.


"Hal ini mengakibatkan biaya produksi kebutuhan minyak untuk back up (genset) sangat banyak sampai puluhan juta untuk satu hari kebutuhan bahan bakar," ujarnya.


Lebih lanjut, dampak yang paling fatal adalah kerusakan mesin back up yang bekerja tanpa henti selama tiga hari, serta kematian massal udang.


"Yang paling fatal kepada petambak yang mesinnya rusak akibat berkepanjangan hidup terus, yang mengakibatkan kematian udang di beberapa tempat di Aceh Barat hampir Rp500 juta kerugian untuk satu tambak (farm)," jelasnya dengan nada prihatin.


Ia bahkan memperkirakan kerugian total yang dialami petambak yang terdampak kematian udang akibat blackout bisa mencapai miliaran rupiah.


Deyan merinci kronologi kerugiannya. Ketika mesin back up (genset) mengalami masalah atau mati, udang langsung kekurangan oksigen dan mati dalam waktu singkat.


"Karena di saat mesin back up mati, udangnya kekurangan oksigen dan mati. Untuk di panen pun tidak cukup waktu, karena jarak tempuh pembeli menuju tambak hampir dua hari, sedangkan udang dua jam tidak ada oksigen akan mati, dan harus di kubur," kata Deyan, menggambarkan betapa cepatnya kerugian terjadi.


Atas kerugian besar yang tak terelakkan ini, para petambak udang Aceh Barat melayangkan tuntutan keras kepada PT PLN (Persero).


"Tuntutan kami petambak khususnya Aceh Barat, PLN harus bertanggung jawab terhadap kerugian petambak saat ini, sesuai peraturan yang berlaku," pungkas Deyan Moer, menuntut kompensasi dan pertanggungjawaban penuh atas kerugian material yang mereka derita.


Laporan : MUHAMMAD FAWAZUL ALWI