Unair Gelar Pengabdian Masyarakat di Lombok Timur: Kelor Efektif Cegah Preeklamsia pada Ibu Hamil

Barsela24news.com
 Ketua Program Studi Kebidanan FK Unair,         Dr. dr. Budi Prasetyo, Sp.OG (K)

Lombok Timur, NTB - Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur, menggelar kegiatan pengabdian masyarakat di Kantor Dinas Kesehatan Lombok Timur, pada Senin (25/8/2025). Kegiatan ini mengusung tema Optimalisasi Kompetensi Bidan dalam Deteksi Dini, Asuhan Kebidanan, dan Preventif Preeklamsia Menggunakan Bahan Alam.

Ketua Program Studi Kebidanan FK Unair, Dr. dr. Budi Prasetyo, Sp.OG (K), menjelaskan bahwa pemanfaatan bahan alam lokal seperti kelor sangat penting untuk mencegah risiko preeklamsia pada ibu hamil.

“Lombok Timur memiliki banyak bahan alam yang bisa dikonsumsi, salah satunya kelor. Saya sendiri sekarang ikut menanam kelor. Selain itu, ibu hamil juga bisa mengonsumsi alpukat. Kandungan keduanya efektif untuk mencegah risiko preeklamsia yang berpotensi berujung pada kematian saat persalinan,” ujar Budi di sela pertemuan bersama para bidan.

Preeklamsia sendiri adalah kondisi tekanan darah tinggi yang serius selama kehamilan, menjadi salah satu penyebab utama kematian ibu hamil. Faktor risiko antara lain berat badan berlebih dan kehamilan pertama. Karena itu, skrining kesehatan oleh bidan di desa maupun puskesmas dinilai sangat penting.

Selain konsumsi kelor, Budi juga menekankan pentingnya terapi medis:

“Pemberian aspirin dosis rendah, sekitar 80–90 mg, perlu diberikan kepada ibu hamil dengan faktor risiko maupun inisiasi hipertensi untuk mengurangi komplikasi,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Lombok Timur, Dr. H. Pathurrahman, menyambut baik kegiatan ini. Menurutnya, keberadaan Unair sangat membantu dalam meningkatkan kesadaran kolektif bidan di Lotim, terutama di tengah upaya pemerintah daerah menekan angka kematian ibu dan bayi.

“Tahun 2024 angka kematian ibu di Lotim tercatat 115 per 100 ribu kelahiran hidup. Angka ini memang di bawah provinsi dan nasional, tetapi masih cukup tinggi. Penyebab terbanyak adalah perdarahan (42%), hipertensi dalam kehamilan (12%), dan infeksi (13%),” jelas Pathurrahman.

Untuk kematian bayi, angka Lotim juga masih memprihatinkan, yakni 7,4 per 1.000 kelahiran hidup, dengan mayoritas terjadi pada usia 0–28 hari sebanyak 131 kasus dari total 157 kasus.

“Penyebab utama kematian bayi adalah infeksi (19%) dan berat badan lahir rendah (14%). Karena itu, kami mengimbau orang tua agar segera membawa bayi ke fasilitas kesehatan bila ada gejala sakit,” pungkasnya.

Dengan adanya kolaborasi antara akademisi dan tenaga kesehatan di daerah, diharapkan upaya menekan angka kematian ibu dan bayi di Lombok Timur dapat lebih optimal, terutama melalui pemanfaatan bahan alam lokal seperti kelor yang mudah dijangkau masyarakat.

Laporan; Bagoes